Umroh

STOP LAKUKAN HAL-HAL INI, AGAR WUDHU KITA TIDAK BATAL!

Admin 1
10/8/2024, 5:29:02 PM

Wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat. Jadi, penting banget buat kita tahu apa aja yang bisa bikin wudhu jadi batal. Nah, menurut Imam Syafi'i, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan wudhu kita jadi enggak sah, lho. 

 

Yuk, kita bahas satu per satu!

 

  1. Menyentuh Wanita bukan Mahram (Termasuk Istri)

 

أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ  [المائدة:6]

“… Atau kalian datang dari kakus atau menyentuh wanita…” (Al-Maidah 6)

Memegang istri tanpa kain penghalang juga membatalkan wudhu’ sebab istri adalah wanita yang boleh dinikah, sementara Mahram terdapat dalam Surat An-Nisa’ 23 adalah wanita yang haram dinikah karena hubungan darah/kerabat dekat. Dalil mazhab Syafii adalah:

عَنْ سَالِمٍ بن عبد الله عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قُبْلَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَجَسُّهَا بِيَدِهِ مِنَ الْمُلاَمَسَةِ ، فَمَنْ قَبَّلَ امْرَأَتَهُ أَوْ جَسَّهَا بِيَدِهِ فَعَلَيْهِ الْوُضُوءُ. لَفْظُ حَدِيثِ الشَّافِعِىِّ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَفِى رِوَايَةِ ابْنُ بُكَيْرٍ : فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ. {ق} فَهَذَا قَوْلُ عُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ

Ibnu Umar berkata: Laki-laki mencium istrinya dan memegang dengan tangannya termasuk menyentuh. Suami yang mencium dan memegang istrinya maka wajib berwudhu’. Ini adalah pendapat Umar, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar (Sunan Al-Baihaqi)

  1. Keluarnya Air Kencing / Madzi Dari Kemaluan

وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً, فَأَمَرْتُ اَلْمِقْدَادَ بْنَ اَلْأَسْوَدِ أَنْ يَسْأَلَ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – فَسَأَلَهُ ؟ فَقَالَ: “فِيهِ اَلْوُضُوءُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيّ ِ

Ali Ibnu Abu Thalib Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku adalah seorang laki-laki yang sering mengeluarkan madzi, maka aku suruh Miqdad untuk menanyakan hal itu pada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan bertanyalah ia pada beliau. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjawab: “Dalam masalah itu wajib berwudlu.” Muttafaq Alaihi, lafadznya menurut riwayat Bukhari.

  1. Memegang Kemaluan

وَعَنْ بُسْرَةَ بِنْتِ صَفْوَانَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا; – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: “مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ” – أَخْرَجَهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّان

Dari Busrah binti Shofwan Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa menyentuh kemaluannya maka hendaklah ia berwudlu.” Dikeluarkan oleh Imam Lima dan hadits shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Hibban.

  1. Tidur

وَعَنْ مُعَاوِيَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْعَيْنُ وِكَاءُ السَّهِ, فَإِذَا نَامَتْ اَلْعَيْنَانِ اِسْتَطْلَقَ اَلْوِكَاءُ – رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالطَّبَرَانِيُّ وَزَادَ – وَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأ

Dari Muawiyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Mata adalah tali pengikat dubur, maka apabila kedua mata telah tidur lepaslah tali pengikat itu.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani. Ia menambahkan: “Dan barangsiapa tidur hendaknya ia berwudlu.”

Kecuali jika tidurnya dalam posisi duduk dan tidak bergerak

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – -عَلَى عَهْدِهِ- يَنْتَظِرُونَ اَلْعِشَاءَ حَتَّى تَخْفِقَ رُؤُوسُهُمْ, ثُمَّ يُصَلُّونَ وَلَا يَتَوَضَّئُونَ – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ وَأَصْلُهُ فِي مُسْلِم

Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu berkata: pernah para shahabat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pada jamannya menunggu waktu isya’ sampai kepala mereka terangguk-angguk (karena kantuk), kemudian mereka shalat dan tidak berwudlu. Dikeluarkan oleh Abu Dawud, shahih menurut Daruquthni dan berasal dari riwayat Muslim.