Kisah Inspiratif : Uwais Al-Qarni Menggendong Ibunya Untuk Pergi Haji
Uwais Al-Qarni merupakan salah satu tokoh inspiratif dalam sejarah Islam yang kisah hidupnya penuh dengan keteladanan dan pelajaran berharga. Meskipun ia tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi Muhammad SAW, namanya begitu dihormati dan dikenang sebagai salah satu sahabat yang mendapatkan keistimewaan khusus. Artikel ini akan membahas kisah Uwais Al-Qarni bersama ibunya, perjalanannya pergi haji dengan menggendong sang ibu, serta mengapa ia disebut sebagai penghuni langit.
Bakti Uwais kepada Ibundanya
Uwais al-Qarni adalah seorang pemuda fakir yang berbakti kepada sang ibu. Ia menggendong ibunya dari Yaman ke Makkah agar bisa menunaikan haji.
Merujuk dari buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Sa'id Mursi, Uwais Al-Qarni memiliki nama lengkap Uwais bin Amir bin Jaza' bin Malik al Qarni. Ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga besar Qarn, salah satu silsilah keluarga dari bani Murad di Yaman.
Ia memang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW tetapi tidak pernah bertemu dengan beliau. Mengenai Uwais Al-Qarni, Rasulullah SAW pernah berkata kepada Umar bin Khattab RA,
"Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama dengan pasukan bantuan dari bani Murad, kemudian dari Qarn. Ia adalah orang yang menderita penyakit kusta, lalu penyakitnya sembuh, kecuali tempat seluas mata uang dirham. Ia adalah orang yang sangat berbakti kepada ibunya. Jika kamu bisa memintanya untuk memohon ampunan untukmu, maka lakukanlah!"
Ketika banyak pembebasan wilayah baru pada masa pemerintahan Umar bin Khattab RA, Uwais datang bersama dengan beberapa orang dari Yaman dalam rangka untuk berjihad di jalan Allah SWT. Ketika Umar bin Khattab RA bertemu dengan Uwais ia memintanya untuk memohon ampunan kepada Allah SWT lalu Uwais pun melakukannya.
Tidak Terkenal di Dunia, Namun Terkenal di Langit
Mengenai Uwais, salah seorang warga Kufah pernah berkata, "Ia hidup sangat sederhana dan bersahaja. Ia suka bergabung bersama kami dalam halaqah dzikir. Jika ia berdzikir menyebut nama Allah, maka dzikirnya tersebut sangat merasuk dalam hati sanubari kami."
Ia hidup di Kufah di tengah-tengah komunitas awam. Tidak seorang pun di antara mereka yang mengenal identitasnya. Bahkan, terkadang di antara mereka tidak ada yang mengenal Uwais Al-Qarni. Bahkan di antara mereka ada yang suka mengejeknya, hingga akhirnya Umar bin Khattab RA menceritakan tentang jati diri Uwais.
Setelah itu, identitas Uwais diketahui oleh publik luas, kemudian ia pergi meninggalkan Kufah, dan bergabung bersama Ali bin Abi Thalib RA dalam Perang Shiffin.
Mengenai kebaktian Uwais Al-Qarni ini dijelaskan pula dalam buku Unconditional Marriage karya Mega Anindyawati.
Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda dari Yaman yang begitu taat kepada ibunya. Semua permintaan sang ibu yang buta dan lumpuh selalu ia penuhi. Namun, ada satu keinginan ibunya yang belum bisa dikabulkan yaitu ingin pergi haji ke Makkah.
Uwais yang merupakan seorang pemuda miskin tidak memiliki biaya untuk memberangkatkan haji ibunya. Sehingga setiap hari ia menggendong seekor kambing yang ia gembala untuk naik turun bukit. Orang-orang banyak yang mengira bahwa ia sudah gila.
Ternyata, saat musim haji tiba Uwais yang sudah lebih kuat dan berotot menggendong ibunya untuk pergi ke Makkah. Ia menempuh jarak ratusan kilometer selama berhari-hari demi baktinya kepada sang ibu. Hal itulah yang membuat Uwais Al-Qarni menjadi seseorang yang tidak terkenal di bumi namun terkenal di langit.
Pelajaran dari Kisah Uwais Al-Qarni
Kisah Uwais Al-Qarni mengajarkan kita banyak pelajaran berharga, di antaranya:
1. Keikhlasan dalam Beribadah: Keikhlasan Uwais dalam menjalankan ibadah dan kebaikan sangat luar biasa. Ia melakukannya semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia.
2. Pengabdian kepada Orang Tua: Pengorbanan Uwais kepada ibunya menjadi contoh terbaik tentang bagaimana seharusnya seorang anak berbakti kepada orang tuanya.
3. Kekuatan Doa: Doa orang yang ikhlas seperti Uwais sangatlah mustajab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hati agar tetap bersih dan tulus dalam berdoa.
Sumber :
detik.com